Manusia adalah mahluk Allah yang sempurna dan mulia dibandingkan mahluk Allah lainnya karna manusia dibekali akal ghorizi untuk berpikir dan juga manusia diberi tugas dan peran di muka bumi ini.
Manusia mempunyai dua kedudukan dan tugas. tugas pertama adalah sebagai abdullah,
yang artinya adalah sebagai hamba Allah. Sebagai hamba Allah maka
manusia harus menuruti kemauan Allah yaitu beribadah karna beribadah
adalah menuruti segala perintah, dan tidak boleh membangkang pada-Nya.
Tugas kedua manusia adalah sebagai Kalifatullah. Jika
tugas manusia adalah sebagai seorang pemimpin, tentu ia harus dapat
membangun dunia ini dengan sinergis, dapat melakukan
perbaikan-perbaikan, baik antara dirinya dengan alam, maupun antar
sesama itu sendiri.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. (http://www.wikipedia.com)
Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan
bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Firman Allah itu iyalah dalam Qur’an Surat Nuh, 71 ayat 17-18 :
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian
Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu
(daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. (QS. Nuh, 71 :
17-18)
Hal
ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun
tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan
secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati
meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam
dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses
penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
Manusia
diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah,
alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia
wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
2.2. Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita, kata derita berasal dari bahasa Sanskerta
“dhara” artinya menahan, menanggung. Derita berarti menanggung atau
merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu ialah keluh
kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain-lain.
Penderitaan
termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia
bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun,
peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan.
Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu
merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal
untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada
yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang
menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum
tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang
kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark,
sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan.
Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah
mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum
menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya,
termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini
menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia
menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan
ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf,
menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari
cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak
kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya,
bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia
menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
Contoh gamblam penderitaan manusia yang dapat diambil hikmahnya diantaranya tokoh filsafat ekistensialisme Kierkegaard (1813-1855) seorang filsafat asal Denmark yang sebelum menjadi filsafat besar, sejak masa kecil banyak mengalami penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.
Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
Dalam riwat hidup Bhuda Gautama yang dipahatkan dalam bentuk relief Candi Borobudur, terlihat adanya penderitaan. Tergambar seorang pangeran (Sidharta) yang meninggalkan istana yang bergelimangan hata, memilih ke hutan untuk menjadi biksu dan makan dengan cara mengembara di hutan yang penuh penderitaan.
Riwayat tokoh tokoh besar di Indonesia pun dengan penderitaan. Buya Hamka mengalami penderitaanya hebat pada masa kecil, hingga ia hanya mengecap sekolah kelas II. Namun ia mampu menjadi orang besar pada zamanya, berkat perjuangan hidup melawan penderitaan. Contoh lain adalah Bung Hata yang beberapa kali mengalami pembuangan namun pada akhirnya ia dapat menjadi pemimpin bangsanya.
Ketika membaca kisah tokoh-tokoh besar tersebut, kita dihadapkan pada jiwa besar, berani karena benar, rasa tangung-jawab, dan sebagainya. Dan tidak ditemui jiwa munafik plin-plan, dengki, iri dan sebagainya.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.
Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
Dalam riwat hidup Bhuda Gautama yang dipahatkan dalam bentuk relief Candi Borobudur, terlihat adanya penderitaan. Tergambar seorang pangeran (Sidharta) yang meninggalkan istana yang bergelimangan hata, memilih ke hutan untuk menjadi biksu dan makan dengan cara mengembara di hutan yang penuh penderitaan.
Riwayat tokoh tokoh besar di Indonesia pun dengan penderitaan. Buya Hamka mengalami penderitaanya hebat pada masa kecil, hingga ia hanya mengecap sekolah kelas II. Namun ia mampu menjadi orang besar pada zamanya, berkat perjuangan hidup melawan penderitaan. Contoh lain adalah Bung Hata yang beberapa kali mengalami pembuangan namun pada akhirnya ia dapat menjadi pemimpin bangsanya.
Ketika membaca kisah tokoh-tokoh besar tersebut, kita dihadapkan pada jiwa besar, berani karena benar, rasa tangung-jawab, dan sebagainya. Dan tidak ditemui jiwa munafik plin-plan, dengki, iri dan sebagainya.
Masih
banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak
selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan
energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar. Contoh lain
ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi
pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam
kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari
peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad,
sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling
berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
2.3. Sumber-sumber Penderitaan
Manusia
adalah mahluk yang memiliki kepribadian yang tersusun dari perpaduan,
saling berhubungan, dan pengaruh mempengaruhi antara unsur jasmani dan
rohani, karena itu penderitaan dapat terjadi pada tingkat jasmani dan
rohani.
Sumber-sumber penderitaan yang dirasakan oleh manusia itu iyalah :
1. Nafsu
Nafsu
adalah semua dorongan yang ditimbulkan oleh segala macam kebutuhan
termasuk pula instink sehingga menimbulkan keinginan. Batas antara nafsu
dan keinginan tidak terlalu jelas. Poedjawiyatna (1984) menyamakan
antara keinginan dan nafsu. Nafsu dapat menimbulkan gairah hidup pada
manusia.
Nafsu
atau keinginan itu bisa menjadi suatu penderitaan / kehancuran jika
kita tidak bisa mengendalikannya tetapi jika manusia itu bisa
mengendalikan nafsu atau keinginannya maka manusia itu akan sukses di
dunia maupun di alam akhirat.
keinginan adalah sumber penderitaan ketika ia memperbudak kita dan
membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti diri sendiri. membuat kita kehilangan kemanusiaan. seperti seorang pengembara yang menunggu dalam sebuah pelayaran menuju dermaga yang tidak ada. keyakinan kadang tidak cukup memberi kebahagiaan. karena disamping itu ada kenyataan. kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan. sehingga keinginan hanya menimbulkan penderitaan.
membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti diri sendiri. membuat kita kehilangan kemanusiaan. seperti seorang pengembara yang menunggu dalam sebuah pelayaran menuju dermaga yang tidak ada. keyakinan kadang tidak cukup memberi kebahagiaan. karena disamping itu ada kenyataan. kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan. sehingga keinginan hanya menimbulkan penderitaan.
“Rinaldy Tonik (2009) didalam blognya mengatakan bahwa Penyebab
dari penderitaan, antara lain: yang pertama karena perilaku buruk
manusia, maka daripada itu bersikaplah dengan sepatutnya tau wajar. Yang
kedua penyakit atau siksaan (Azab) dari Tuhan”
2. Perasaan
Perasaan
merupakan gejala psikis. Perasaan menyangkut suasana batiniah manusia.
kalau manusia merasakan cinta, benci dan sebagainya. Perasaan timbul
didalam bathin akibat kontak antara manusia dengan lingkungannya dari
lingkungan menimbulkan reaksi dalam kaitan reaksi emosional. Reaksi
emosional ini dapat sesuai dengan kehendak pribadi tapi ketika tidak
sesuai dengan kehendak pribadinya maka akan timbullah rasa tidak puas
sehingga timbullah rasa tidak senang, marah dan sikap negatif lainnya.
3. Pikiran
Pikiran
disebut juga akal, budi. Dimilikinya budi atau akal ini pula
memungkinkan manusia tahu atau mempunyai pengetahuan tentang sesuatu.
Tahu dalam hal ini berarti menghubungkan secara mental sesuatu dengan
sesuatu.
4. Kemauan
Kemauan
disebut juga kehandak. Dimilikinya kemauan atau kehendak dalam diri
manusia memungkinkan manusia memilih. Oleh karena itu kemauan atau
kehendak ini dapat dikatakan sebagai pelaksana mengenai apa-apa yang
telah di pertimbangkan oleh akal budi dan perasaan.
Kisah Nyata Cinta Seorang Ayah Terhadap Putranya
http://aksesdunia.com/2011/kisah-nyata-cinta-seorang-ayah-terhadap-putranya/
Ini adalah sebuah kisah tentang kasih sayang yang begitu besar seorang ayah terhadap anak laki-lakinya. yang menderita cacat di otaknya sejak lahir. Terkadang kesulitan menjadikan jalan untuk menunjukkan kemampuan yang sebenarnya. Sebuah penderitaan merupakan jalan untuk menunjukkan cinta yang sesungguhnya. Ungkapan itu semakin lama semakin bisa dipahami. Terlebih saat membaca dan melihat kisah keluarga dari Boston, Amerika Serikat ini. Memang ada orang yang mengeluh karena kesulitan. Ada banyak juga yang tampil sebagai pribadi yang keras dan pemarah karena beban derita yang besar. Sebagian orang kerap tergoda untuk lebih mudah marah dan gampang membenci saat banyak masalah datang. Namun kisah cinta seorang ayah ini mulai membuka mata setiap orang, bahwa penderitaan adalah sungguh jalan untuk menunjukkan cinta.
Kisah ini bercerita tentang sebuah keluarga yang terus mencintai anaknya dalam penderitaannya. Mungkin Anda pernah mendengar tokoh ini, atau sudah pernah melihat videonya, tidak apa, tapi mungkin ada yang belum pernah mendengar, siapa tahu apa yang saya tulis kembali disini ini dapat berguna sebagai sebuah pelajaran hidup untuk kita semua. Semua penderitaan itu bermula ketika anak laki-laki mereka lahir dengan cacat bawaan. Cacat ini bukan pada fisik luarnya, tetapi pada bagian dalam tubuhnya. Otaknya tidak memperoleh suplai oksigen dengan baik. Tentu saja ini sangat berpengaruh buruk. Secara sederhana, Rick, anak laki-laki mereka ini tidak akan bisa hidup normal.
Suami istri itu tidak menyerah begitu saja meski mendapati anaknya tidak akan bisa berjalan dan bicara. Mereka mencari jalan agar anaknya bisa belajar, bisa tumbuh, meski memiliki begitu banyak kekurangan. Saat Rick berusia 10 tahun orangtuanya memberi sebuah computer sederhana yang bisa sangat membantu Rick. Tentu saja tahun tersebut, 1972, tekhnologi belum sangat maju seperti sekarang. Toh kehadiran computer itu sangat menolong. Pelan-pelan Rick diajari mengeja huruf demi huruf. Kata pertama yang membahagiakan mereka adalah ketika Rick bisa menggerakkan mouse computer untuk mengeja kata sapaan, “hi Mom” dan “hi Dad”.
Pelan-pelan Rick dikenalkan dengan berbagai aktivitas anak-anak pada umumnya, meski ia menjalani dengan duduk di kursi roda. Ia diajari berenang, bermain hoki, dll. Akhirnya tahun 1975, ketika ia berusia 13 tahun, Rick di masukkan ke sekolah normal. Di sana ia belajar dan bisa mengikuti dengan baik, tentu dengan bantuan berbagai alat. Tidak hanya sampai di situ, Rick mampu menyandang gelar sarjana dalam bidang Pendidikan Khusus tahun 1993. Seperti anak-anak dan pemuda pada umumnya, Rick sangat menyukai olah raga. Ia mengikuti beritanya dan sangat ingin terlibat di dalamnya. Di sinilah kebesaran cinta sang ayah sungguh diuji. Suatu saat di musim semi tahun 1977, Rick mengatakan ingin ikut dalam lomba lari 5 mil yang ada di kota mereka. Ayahnya menyetujui. Tentu saja, Rick tidak mampu berlari sendiri. Orangtuanya membuatkan kursi roda khusus yang bisa didorong sambil berlari. Ayahnyalah yang berlari sambil mendorong kursi roda anaknya.
Setelah ikut lomba tersebut, Rick seperti keranjingan untuk ikut lomba yang lain. Sang ayah selalu mengiyakan. Ia tidak pernah menolak keinginan anaknya. Suatu malam, Rick berkata pada ayahnya, “Dad, ketika aku ikut berlari, aku merasa bahwa aku bukan orang cacat.” Tentu saja ini sangat mengharukan bagi sang ayah.
Penghafal Qur’an Bernama Bar’ah, Penderitaan Hidup Yang Silih Berganti Selalu Ia Lewati Dengan Keikhlasan Dan Kesabaran
http://tausyah.wordpress.com/2012/01/25/kisah-nyata-seorang-gadis-kecil-penghafal-quran-bernama-barah-penderitaan-hidup-yang-silih-berganti-selalu-ia-lewati-dengan-keikhlasan-dan-kesabaran/
Ini adalah kisah gadis berumur 10 tahun bernama Bar`ah, yang orangtuanya dokter dan telah pindah ke Arab Saudi untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Pada usia ini, Bar `ah menghafal seluruh Al Qur’an dengan tajweed, dia sangat cerdas dan gurunya mengatakan bahwa dia sudah maju untuk anak seusianya. Keluarganya kecil dan berkomitmen untuk Islam dan ajaran-ajarannya … . hingga suatu hari ibunya mulai merasa sakit perut yang parah dan setelah beberapa kali diperiksakan diketahuilah ibu bar’ah menderita kanker, dan kanker ini sudah dalam keadaan stadium akhir/kronis.
Ibu bar’ah berfikir untuk memberitahu putrinya, terutama jika ia terbangun suatu hari dan tidak menemukan ibunya di sampingnya … dan inilah ucapan ibu bar’ah kepadanya “Bar`ah aku akan pergi ke surga di depan Anda, tapi aku ingin kamu selalu membaca Al- Quran dan menghafalkannya setiap hari karena Ia akan menjadi pelindungmu kelak.. “
Gadis kecil itu tidak benar-benar mengerti apa yang ibunya berusaha beritahukan, Tapi dia mulai merasakan perubahan keadaan ibunya, terutama ketika ibunya mulai dipindahkan ke rumah sakit untuk waktu yang lama. Gadis kecil ini menggunakan waktu sepulang sekolahnya untuk menjenguk ibunya ke rumah sakit dan membaca Quran untuk ibunya sampai malam sampai ayahnya datang dan membawanya pulang. Suatu hari pihak rumah sakit memberitahu ayah bar’ah bahwa kondisi istrinya itu sangat buruk dan ia perlu datang secepat dia bisa melalui telepon, sehingga ayah bar’ah menjemput Bar `ah dari sekolah dan menuju ke rumah sakit. Ketika mereka tiba di depan rumah sakit ia memintanya untuk tinggal di mobil … sehingga ia tidak akan shock jika ibunya meninggal dunia.
Ayah keluar dari mobilnya, dengan penuh air mata di matanya, ia menyeberang jalan untuk masuk rumah sakit, tapi tiba-tiba datang sebuah mobil melaju kencang dan menabrak ayah bar’ah dan ia meninggal seketika di depan putrinya itu…tak terbayangkan ..tangis gadis kecil ini pada saat itu…!
Tragedi Bar `ah belum selesai sampai di sini… berita kematian ayahnya yang disembunyikan dari ibu bar’ah yang masih opname di rumah sakit, namun setelah lima hari semenjak kematian suaminya akhirnya ibu bar’ah meninggal dunia juga. Dan kini gadis kecil ini sendirian tanpa kedua orangtuanya , dan oleh orangtua teman-teman sekolah bar’ah memutuskan untuk mencarikan kerabatnya di Mesir, sehingga kerabatnya bisa merawatnya.
Tak berapa lama tinggal di mesir gadis kecil Bar `ah mulai mengalami nyeri mirip dengan ibunya dan oleh keluarga yang mengasuhnya ia lalu diperiksakan , dan setelah beberapa kali tes di dapati bar’ah juga mengidap kanker … tapi sungguh mencengangkan kala ia di beritahu kalau ia menderita kanker….inilah perkataan bar’ah kala itu: “Alhamdulillah, sekarang aku akan bertemu dengan kedua orang tua saya.”
Semua teman-teman dan keluarga terkejut. Gadis kecil ini sedang menghadapi musibah yang bertubi-tubi dan dia tetap sabar dan ikhlas dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya!…..Subhanallah
Orang-orang mulai mendengar tentang Bar `ah dan ceritanya, dan Saudi memutuskan untuk mengurusnya … mereka mengirimnya ke Inggris untuk pengobatan penyakit ini.
Salah satu saluran TV Islam (Al Hafiz – The pelindung) mendapat kontak dengan gadis kecil ini dan memintanya untuk membaca Quran …